Sahabat dalam Perjamuan Terakhir
.....
Untukmu wahai sahabat Wahai sahabat, mari kita
buat janji pada hari ini bahwa takkan ada yang memisahkan darah yang telah mengalir dalam tubuh kita berdua. Untuk itu, temanilah
diriku dalam perjamuan terakhir pada istana seribu pilar langit atau taman kasihku. Jamuannya adalah madu dalam cangkir yang
telah dilapisi oleh darah, keringat dan airmata. Dan wanginya eukaliptus yang dapat memabukkan jiwa tanpa harus bercampur
dengan anggur. Dan lepaskanlah kunang-kunang sebagai pengganti lilin, karena kali ini kita tidak membutuhkan kehadiran cahaya
yang menerangi namun ia membakar diri. Jika kau anggap perlu maka tebarlah permadani yang terbuat dari anyaman rumput, dan
buanglah segala kursi dan meja perjamuan karena kita tidak membutuhkannya. Karena kita kan membebaskan diri kita untuk bersandar
tanpa pembatas pada pundak bumi.
Baiklah sahabat, rasanya sudah cukup persiapan jamuan terakhir bagi diriku setelah
kulengkapi dengan simfoni langit malam. Sahabat, kau telah menemaniku selama ini dan tak ada rangkaian kata-kata yang dapat
menyempurnakan ucapan terimakasihku pada mu. Kaulah tempatku menyandarkan tulang dan tubuhku ketika ku lelah berjalan dan
lemah tak berdaya, kaulah tempatku untuk berbagi kesedihan, kaulah tempatku untuk menitipkan dan menjaga seluruh rahasiaku,
kaulah tempatku untuk berkaca atas segala tindakanku, kaulah tempatku untuk menyimpan airmata dan kaulah perisai serta cahaya
bagi hidupku.
Selama ini kau tak pernah mengkhianatiku, dan tak pernah berlari meninggalkanku. Namun sobat, aku bukanlah
pemilik atas raga ini, aku hanya meminjamnya dengan sebuah perjanjian untuk mentaatiNya. Setelah hari ini, aku kan menyempurnakan
janjimu padaku sehingga terbebaslah dirimu atas tanggungan diriku. Dan aku pun tak kan pernah mengkhianatimu serta meninggalkanmu,
hingga kematian merenggut segala janji manusia.
Aku telah banyak menyusahkanmu dalam hidup kali ini, dan mungkin akan
menyusahkanmu kembali pada saat akhir perjamuan. Jika kau berkenan maka temanilah diriku hingga jiwaku berpisah atas ragaku
dan kembali kepada Tangan Yang Memilikinya. Jangan biarkan diriku sendiri ketika semuanya berlalu. Satukanlah kedua tanganku
di atas dadaku dan basuhlah keningku dengan air suci yang mengalir dari kedua mataku, tapi jangan pernah kau campur dengan
air matamu.
Baiklah sebelum semuanya berlalu, kita minum bersama dari cangkir yang sama, madu yang sama dan kita dengarkan
simfoni langit malam. Sungguh kau tak pernah mengambil hak ku, dan ku tak pernah mengambil hak mu. Jika kau berkenan akan
ku berikan seluruh sisa hak ku kepada mu saat ini. Sahabat, nampaknya mata ini kian memberat dan nafas ini kian saja mencekik
leherku. Baiklah sahabat, mungkin semuanya akan mulai berlalu.
Dengarlah sahabatku, jika setelah ini kekasih yang
tak pernah ku miliki datang mencariku, maka katakanlah kepadanya bahwa aku telah melakukan yang terbaik atas hal-hal yang
ku bisa lakukan. Katakan kepadanya cinta lebih terasa bermakna ketika nampak kemustahilan untuk menggapainya, cinta tidak
membuatku lemah namun membuatku bertahan hingga detik terakhir –walaupun apa yang ku rasakan lebih banyak rasa sakit
atasnya-. Katakan padanya bahwa kepingan hati yang telah dia hancurkan dahulu telah ku rangkai kembali menjadi istana tanpa
tahta yang akan selalu menunggu kehadirannya. Katakan kepadanya bahwa pilar-pilar yang menyangga mimpi dan harapan yang dahulu
ia luluhlantahkan telah ku bangun kembali dan menunggu dirinya untuk menggantungkan kembali mimpi dan harapan tersebut.
Sahabat,
jika ia menanyakan dimanakah kedamaian setelah ini berlalu, maka katakanlah kepadanya bahwa telah ku tinggalkan untuknya beberapa
tahun yang lalu namun dirinya tak kunjung datang dan kini ku kembalikan damai kepada Pemiliknya. Jika ia menanyakan tentang
cintaku padanya, maka katakanlah bahwa ku membiarkannya pada mataku dan bagian besar pada hatiku yang tak lagi bernyawa. Jika
ia menanyakan tentang kebahagiaan, maka katakan kepadanya bahwa kebahagiaan tersebut telah ia rampas dahulu ketika dia meninggalkanku
dan tidak ada lagi yang tersisa kini. Dan jika ia menanyakan tentang segala janji yang pernah ku ucapkan, maka katakanlah
kepadanya bahwa janji adalah seperti duri yang menusuk pada dagingku, aku akan berusaha memenuhinya walaupun terlambat dan
jika sampai akhir hidupku masih ada janji yang tertinggal maka bantulah aku untuk memenuhinya terkecuali tentang cinta –karena
telah ku berikan kesempatan baginya dahulu- dan kehidupanku -yang ku tak punya kuasa atasnya-.
Wahai sahabat, ambilkanlah
air suci yang bergelinang di kedua mataku dan basuhlah keningku dengannya. Ah mungkin akan lebih baik jika diriku menuliskan
pesan bagi kekasihku. Sahabat ambilkanlah kertas dan pena agar ku dapat menuliskan pesan untuk kekasih ku yang mungkin akan
datang. Wahai sang waktu berikanlah aku detik-detik untuk menuliskan apa-apa yang telah lama ku simpan dalam hatiku.
Wahai
jiwa yang lama telah ku tunggu,
Dalam hidupku aku telah mencintai sedikit jiwa, dan tak sadar telah kugantungkan segala
impian dan harapan. Dan tak sedikitpun aku menyesalinya, bagiku cinta adalah pelita dan perisai hidup. Tuhanku telah menciptakannya
di dalam hatiku dan aku tidak ingin berpaling atasnya.
Kau adalah segalanya bagiku, kau adalah nafas bagi tubuhku,
kau adalah cahaya bagi hatiku, kau adalah sumber imajinasi yang bersemayam di dalam benakku. Senyummu adalah tetesan embun
yang membasahi kedua bibirku dan menjagaku dari dahaga, suaramu adalah doa bagi jiwaku yang terus saja gelisah, belaianmu
adalah kelembutan bagi hatiku yang mengeras batu dan dekapanmu adalah kehangatan bagi hidupku yang sunyi, dingin dan sepi.
Pada saat kau membaca pesan ini maka aku telah memenuhi janjiku untuk menunggumu sampai kematian merenggut janjiku
atasmu. Jika kau masih menanyakan cinta maka aku tak dapat mengucapkan selain telah ku habiskan seluruh ruang dalam hatiku
untuk mu.
Cinta telah mempertemukan dan menyatukan kami, dan juga cinta yang telah memisahkan kami. Jika cinta tak
membawa kau kembali untukku di kehidupan ini, maka cinta kan menyatukan kau dan aku di kehidupan yang akan datang.
Belahan
jiwa yang terpisah
Sahabat, sampaikanlah pesan tertulis ini juga kepadanya jika ia datang. Wahai sahabat, rasanya
aku tak dapat lagi menahan segalanya, lepaskanlah dan iringi kepergianku. Temanilah jasadku hingga ku sama sekali tidak bergerak,
kaku. Biarkanlah kepergianku dalam damai dan jangan biarkan tetes airmatamu memberatkan kepergianku. Setelah semuanya berlalu,
tempatkanlah aku di atas bukit sehingga aku dapat melihat dan menunggu kedatangan kekasihku dalam tidur abadiku. Terimakasih
wahai penjaga rahasiaku, pengiring hidupku, aku tak dapat mendampingimu lagi dan aku kan menunggumu di kehidupan yang akan
datang, jika Tuhanku mengizinkannya. Terimakasih sahabatku.
Terima
kasih....
Dipersembahkan buat semua sahabat-sahabat tercinta....sebagai ucapan terima kasih
yang telah memberi tawa dan kecerian didalam hidupku...memberi warna diatas kanvas kehidupaku....
|