Di Mana Semesta Menyembunyikan Tidurku?

Telah kau resapi keluhku,
juga kau jilati peluhku
untuk sebuah pengertian cinta

Esok aku tak datang lagi
membaca mata dan tubuh resahmu,
berkisah tentang malam yang pilu.

Karena aku tak bisa membebaskan diri
dari jebakan misteri semesta yang
setiap saat mengalunkan ayat-ayat kematian.

Apa yang kau lakukan,
Bila semesta menyembunyikan
tidurku di balik tabir mimpi?

Ke mana kau mencariku,
Bila semesta menutup pintu
dan menghapus jejak debuku?

Haruskah melupakanmu?
Seperti aku lalai pada semesta

jika saja

masih aku.. Kau ijinkan untuk bicara
sekedar satu atau dua patah kata
tidak lebih dari itu semua

seandainya saja
mungkin jika
aku masih bisa berbicara
lantang seperti sedia kala

saat umurku masih penuh
saat cintaku mulai tumbuh

kenapa Kau tutup bibirku
kenapa Kau matikan suaraku
kenapa......

Kulukis Wajahmu dalam Hujan
 
Kulukis kembali wajahmu
dalam hujan
dalam kenangan

Kuurai kembali masa lalu
di tepi jalan dalam rinai hujan
aku mendekapmu, bertumpu
pada dua titik hitam bola matamu

Kenangan itu kulukis kembali
aku masih ingat bagaimana kita terpisah:
hari itu hujan tak lagi turun
banjir surut meninggalkan luka yang dalam

serimbun rindu
 
serimbun rindu kuungkap padamu

mengingat tiap tetes airmata kita yang jatuh di hamparan pasir putih trawangan
mengingat tiap geliat kegelisahan panjang yang kita lewati tanpa ada pengharapan

serimbun rindu kuungkap padamu
walau kau bukan milikku...


By:
     Sobat
Saturday, November 29, 2003 11:03 AM

Full name:
Email address:
Comment: