Membayangkan Irisan-Irisan Keyataan | Ketika Naluri | Kado Untukmu

Membayangkan Irisan-irisan Kenyataan

Setelah peristiwa-peristiwa luput dari makna, dan dedaunan
terus saja menguning tanpa sebait puisi. Meski tanpa teori. Begitulah,
kitapun menziarahi buku-buku, pada sebuah sabtu yang kelabu.

Pertemuan barangkali tak seputih kelopak melati.
Sebab selalu ada yang diam-diam pergi, tanpa getar hati.
Kita mengangguk sepakat, membayangkan irisan-irisan kenyataan,
meski cuma lamat, di antara tumpukan dan baris buku;
sementara kau sibuk mengaji halaman pertama bab ke satu.

Tak ada yang baru. Hanya pertemuan yang kadang memang
kita agendakan.? Bisikmu, ?Selebihnya, kenangan.?

Tapi adakah spasi-spasi kering airmata akan basah
tanpa pengalaman yang darah? Ataukah kita cuma sembunyi sejatinya,
di balik paragraf-paragraf yang kita gantung dalam dada; hingga
tak pernah juga kita mengerti cerlang matahari pagi.

Full name:
Email address:
Comment:
  

Tue, 20 Apr 2004 22:48:12 -0700 (PDT)