Pagi itu mentari malas sekali untuk hanya sekedar menggeliat Namun
kau hadir , tersenyum, dan jadi mentari baruku menawarkan cinta Lalu kau berbisik di telingaku, maukah mengarungi samudera
kasih berperahukan rindu berlayarkan keabadian berdayungkan cita menuju mata angin kebahagiaan, berdua saja Mau...mau...aku
melonjak-lonjak girang Namun kau merajuk, kita tak bisa mengarungi samudera tanpa pelabuhan tempat perahu kita berangkat,
buatlah satu saja, ujarmu Kubilang, tidak kah kau lihat pesisir pantai di tepian sana, kita bangun satu mulai sekarang
Namun kau merajuk lagi, sembari mencumbuku, menggauliku, dan mengusik birahiku, aku tunggu disini sayang, kau buatlah
sendiri, nyanyimu Ah...bibirmu itu, matamu itu, kecupanmu itu lenakan ku Dan ku pun tersihir seperti yang kumau Tunggulah
satu masa berganti disini, kan kupersembahkan semesta untukmu Tok...tok...tok...gubrak...gubrak...gubrak...selesai juga,
pelabuhan, perahu, layar, dan dayung itu untuk kita Sayang, ayo kita berlayar malam ini, teriakku Kulihat kau tak
menyahut, hanya tertawa riang dan berlari menghampiriku Di sisiku kau terdiam sejenak, perahu itu terlalu kecil untuk
kita, kau disini saja dulu menghitung mentari tenggelam, membilang belahan ombak, ku kan berlayar sendiri saja, manjamu Dan
kau menghilang tanpa kembali, tanpa selamat tinggal, akupun berbisik "O ya, namaku Kepalsuan, namamu siapa ?".
Tue, 20 Apr 2004 22:33:12 -0700 (PDT)
|